Yakinlah, ada sumber energi dahsyat
yang selalu membuat para lelaki sejati mengisi hidup mereka dengan semangat
menggelora. Sumber energi itu adalah para istri mereka. Seorang istri adalah
penawar dahaga disaat tubuh lelah berjelaga. Ketika diri buntu menghadapi kilah
dan ulah dunia, istrilah yang menjadi jalan keluarnya. Saat memandang wajah
cantiknya, mendengar merdu suaranya, semangat para suami yang meredup spontan
berdegup.
Terdapat sebuah kenikmatan yang
lebih bersifat indrawi ketimbang maknawi dalam hubungan suami dan istri.
Kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah menautkan cintanya
dalam ikatan suci bernama pernikahan. Kenikmatan yang bersumber dari
mengalirnya gejolak syahwat disaluran yang tepat. Kenikmatan yang hanya bisa
lahir dari percintaan yang halal nan berpahala. Kenikmatan yang menenangkan
jiwa serta raga.
Menjadi istri peradaban… Maka
ditempatkanlah tugasnya sesuai porsinya masing-masing. Tidak hanya cerdik dan
lihai dalam mengurus rumah tangga, namun ia juga merupakan sumber vitalitas
yang memberikan gairah bagi para suami untuk bekerja dan berkarya. Itulah
sebabnya Islam mengatur penyaluran yang tepat antara seorang laki-laki dengan
wanita agar dapat memberikan efek produktivitas bagi kehidupan manusia. Saluran
itu adalah menikah. Ketika pintu-pintu yang awalnya diharamkan menjadi halal,
ketika itulah segenap emosi dan potensi manusia menjadi terarah.
Maka, peradaban dimulai dari awal
berumah tangga….
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahriim: 6)
Ketika dua insan yang bersatu dan
mengikrarkan diri dalam suatu komunitas kecil yang bernama rumah tangga atas
nama Allah, maka keluaran dari pribadi-pribadi tersebut berupa output yang
terbaik. Perbaikan peradaban ini akan dimulai dari keluarga, dimulai dari
menata “batu bata” rumah tangga agar menjadi pondasi yang kuat guna mendukung
rumah peradaban Islam yang diimpikan oleh setiap muslim.
Allah berfirman yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imran : 110).
Allah berfirman yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imran : 110).
Umat Islam telah dijanjikan Allah
sebagai umat yang terbaik dimata umat lain. Tetapi tidak hanya berhenti sampai
kadar keislaman saja, melainkan menjadi muslim yang produktif, muslim yang
aktif, muslim yang dinamis, dan yang senantiasa beramal nyata membangun
peradaban ini.
Maka, salah satu konsep dan ukuran
nyata bagi setiap muslim adalah ketika mereka membangun batu bata peradaban itu
dengan sukses termasuk di dalamnya adalah melahirkan dan mendidik generasi
penerus yang siap menjadi generasi Islam terbaik.
Istri peradaban… mengawalinya dengan
proses membina keluarga yang terbaik dan syar’i, bukan keluarga yang “asal
jadi”. Bukan pula keluarga yang tanpa visi dan misi, bukan keluarga yang mudah
mengikuti jaman, dan bukan juga keluarga “tidak terbina”.
Maka, siapapun kita, semoga
dimampukan oleh Allah untuk menjadikan keluarga kita produktif, keluarga dengan
visi dan misi jelas, serta keluarga yang senantiasa bergerak menuju keridhaan
Allah Swt. Insya Allah.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/07/23/54997/menjadi-istri-peradaban/#ixzz39l7LkuK1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar