Minggu, 21 Desember 2014

Penyampaian KepSek baru SDIT AN Naba Jamaludin,S.Pi

Berdasarkan SK Yayasan Nomor 027 / SK / YBICS / XII / 2014, Mengangkat Jamaludin,S.Pi menjadi kepala sekolah periode 2014 - 2018, maka Pada hari Sabtu  ( 20 / 12 / 2014 ) Yayasan Bina Insan Ciasem Subang Menyampaikan Kepala Sekolah SDIT An Naba Ciasem  periode 2014-2018. Acara pelantikan kepala sekolah ini diselenggarakan selesai Ujian Akhir Semester ganjil dipenghujung tahun 2014,
Hadir dalam kesempatan itu Ketua Pengurus Yayasan Bina Insan Ciasem  yakni Ustadz Lalu Muhammad Zarwazi, M.Si, jajaran yayasan Bina Insan Ciasem serta seluruh guru dan karyawan SDIT An Naba Ciasem.
Acara pelantikan kepala sekolah SDIT An Naba Ciasem bertempat dirumah kediaman Staf SDIT AN naba ( Bpk Sopandi ), sengaja diagendakan bertempat dirumah Bpk Sopandi karena bersamaan denganSyukuran Rumah baru, Agenda penyampaian Kepala Sekolah SDIT An Naba Ciasem ini berjalan cukup khidmah yang penuh dengan kehangatan kekeluargaan, dibuka dengan pembukaan  lantunan ayat al-qur’an, kemudian Potongan Tumpeng ( makan - makan ) dan selajutnya dilanjutkan dengan sambutan - sambutan. Dalam sambutanya  Ketua Pelaksana Harian Ustadz Lalu Muhammad Zarwazi, M.Si, mengharapkan seluruh citivas akademik untuk terus solid dibawah kepemimpinan yang baru ini sehingga SDIT An Naba Ciasem kedepan menjadi sekolah yang lebih maju dan berkualitas.
Pengurus Yayasan Bina Insan Ciasem  Ustadz Lalu Muhammad Zarwazi, M.Si mengatakan bahwa SDIT An Naba Ciasem harus mempunyai program dan perencanaan, oleh sebab itu, lanjut dia kepala sekolah baru harus mempunyai program yang baik dan perencanaan yang terarah agar Siswa - siwi SDIT An Naba menjadi anak - anak yang sholeh, cerdas dan berprestasi.
Kepala sekolah Jamaludin,S.Pi mengungkapkan terima kasihnya kepada seluruh civitas akademik dari jajaran pengurus yayasan dan seluruh guru SDIT  An Naba Ciasem, lanjut dia, mengharapkan kelanjutkan perjuangan yang telah dibangun sebelumnya, mempertahankan dan meningkatkan sesuatu yang baik dan memperbaiki yang kurang baik. aamiin...!!!



Senin, 01 Desember 2014

Toleransi Islam untuk 25 Desember



Natal jelas bukan perayaan kaum Muslim, dan kaum Muslim harusnya tidak berkepentingan dengan itu. Namun jelas ada hubungannya dengan kaum Muslim mengingat sebagian besar daripada kita juga berhubungan dengan sesama kita yang merayakannya. Karena itu menjadi penting kiranya kita membahas bagaimana pandangan Islam tentang Natal dan seputarnya serta toleransi kita di dalamnya.
Sebagaimana yang kita ketahui, 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Sang Mesias (Isa Al-Masih). Walaupun gereja Katolik menganggapnya begitu.
Encyclopedia Britannica (1946), menjelaskan, “Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Secara sains, dibuktikan tanggal 25 Desember adalah pertama kalinya matahari bergerak ke arah utara dan memberikan kehangatan setelah matahari berada di titik terendah di selatan pada 22-24 Desember (winter solstice) yang menyebabkan bumi berada di titik terdingin.
Karena itulah orang Yunani pada masa awal merayakan lahirnya Dewa Mithra pada 25 Desember, dan orang Latin merayakan hari yang sama sebagai kelahiran kembali Sol Invictus (Dewa Matahari pula)
Singkatnya, Bila kelahiran Yesus disangka 25 Desember, maka itu adalah kesalahan yang nyata
Namun, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah bahwa umat Kristen telah menjadikan tanggal 25 bukan hanya sebagai peringatan, tapi perayaan kelahiran ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka. Sehingga permasalahannya berubah menjadi permasalahan aqidah.
Karena itulah dalam Islam, kita pun dilarang ikut-ikutan merayakan Natal, karena itu adalah perayaan aqidah. Termasuk ikut memberikan ‘selamat natal’ atau sekadar ucapan ‘selamat’ saja. Karena sama saja kita mengakui bahwa Natal adalah hari lahir ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih (TQS al-Maaidah [5] : 73)
Seringkali kita beralasan, “Tapi kan nggak enak, dia bos saya / teman saya / dll, masak saya nggak ngucapin, kalo dalam hati mengingkari kan gak papa, yang penting niatnya! Toleransi dong!”
Perlu kita sampaikan, niat apapun yang kita punya, apabila kita melakukan hal itu, maka sama saja hukumnya. Dan toleransi bukanlah mengikuti perayaan aqidah umat lain. Oleh karena itu harusnya kita lebih takut kepada Allah dibanding kepada manusia.
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (TQS al-Maaidah [5] : 44)
Lalu bagaimana toleransi Islam terhadap agama lain? Toleransi kita hanya membiarkan mereka melakukan apa yang mereka yakini tanpa kita ganggu. Itulah toleransi kita.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (TQS al-Kaafiruun [109] : 6)
Toleransi bukannya ikut-ikutan dengan kebablasan dan justru terjebak dalam kekufuran. Sebagai Muslim harusnya kita menyampaikan bahwa perayaan semacam ini adalah salah. Dan kalaupun toleransi, bukan berarti mengorbankan aqidah kita, mari kita ingat pesan Rasulullah
”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhari dan Muslim)
Walhasil sekali lagi kita mengingatkan bahwa haram hukumnya di dalam Islam mengikuti perayaan Natal, juga termasuk mengucapkan ‘Selamat Natal/Selamat’ ataupun yang semisalnya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita dan mereka
Felix Siauw
follow me on twitter @felixsiauw
Sumber : http://felixsiauw.com/home/toleransi-islam-untuk-25-desember/

Senin, 10 November 2014

RAUTmu... PILIHANmu..!!!



Tersenyum itu lebih gampang ketimbang cemberut karena otot yang dibutuhkan untuk gerakan senyum lebih sedikit ketimbang cemberut. Tapi meski mudah dilakukan orang sulit sekali untuk tersenyum dan lebih sering menunjukkan ekspresi mengerutkan dahi atau cemberut.

Seperti  dikutip dari Howstuffworks, Sabtu (4/12/2010) dibutuhkan  jumlah otot  yang lebih sedikit untuk tersenyum  dibandingkan  dengan  cemberut.

Beberapa ahli menyatakan dibutuhkan 43 otot untuk cemberut dan hanya 17 otot untuk tersenyum. Namun beberapa lainnya menyebutkan dibutuhkan 62 otot untuk cemberut dan hanya 26 otot untuk tersenyum.

Tersenyum bisa dilakukannya secara sadar ataupun tidak sadar yang dipandang sebagai suatu bentuk kebahagian dan keramahan. Sedangkan cemberut umumnya menunjukkan kesedihan atau ketidaksetujuan.

Secara umum terdapat 43 otot yang ada di wajah seseorang, sebagian besar otot ini dikendalikan oleh 7 saraf  kranial (biasanya dikenal sebagai saraf wajah).
Saraf-saraf ini keluar dari cerebral korteks dan muncul tepat di depan telinga.

Saraf ini kemudian terbagi menjadi lima cabang utama yaitu temporal, zygomatic, buccal, mandibular dan serviks. Cabang-cabang ini menjangkau daerah berbeda-beda
dari otot wajah yang memungkinkan seseorang membuat berbagai ekspresi.


Sedikit cerita :
Suatu malam,  terlihat seorang paruh baya tersenyum simpul, sementara disampingnya seorang paruh baya lagi wajahnya cemberut. Terlihat si wajah cemberut berulang kali menanyakan sesuatu, namun lagi – lagi si wajah tersenyum, membalas dengan senyuman. Inilah sebenarnya yang sedang mereka obrolkan antara si wajah tersenyum dengan si wajah cemberut.

”kang, saya harus gimana ya ? menghadapi si Paijo yang ngeselin itu. Sewaktu dia susah, saya bimbing dia dalam berbisnis, tiga tahun dengan ikhlas saya ajari dia. Eh, la kok ujung – ujungnya dia rebut konsumen saya, apa nggak sontoloyo” begitu celoteh si wajah cemberut.

Mendengar cerita itu, si wajah tersenyumpun tidak bosan – bosan memberi senyuman sebelum berbicara.

”ikhlas kok, ngomong – ngomong ?” si wajah tersenyum membalas.
“kan, saya manusia biasa..lumrah kan ? saya ngeluh begini...”

”Ya .... yang bilang sampeyan Nabi ya siapa ? lumrah ya....tapi yang lumrah belum tentu bener kan ?”

”ya...ya.....terus gimana ?”, tanya si wajah cemberut.

”Sampeyan, ga usah ngedumel dan selalu pasang wajah cemberut..... ga ada untungnya. Dengan cemberut sampeyan malah tambah stress, dan membuat orang yang melihat sampeyan ikut – ikutan stresss..”

”he..he..., jadi sampeyan mau ngasih khotbah ke saya tentang sebuah teori baru ? judulnya ”teori senyuman” begitu ?” tanya si wajah cemberut yang mulai agak tersenyum.

”Suatu hari seorang sahabat mengungkapkan isi hatinya kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasulullah, dengan apa dan bagaimana kami harus bershadaqah?". Lalu apa jawab Rasulullah SAW ? "Inna abwabal khoiri lakatsiirun". Sesungguhnya pintu−pintu kebaikan itu sungguh amat banyak. Diantaranya mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil (dzikir), amar ma'ruf nahi mungkar, menyingkirkan (duri, batu) dari jalan, menolong orang, sampai memberikan senyuman kepada saudara pun adalah bershadaqah. Jadi, kalau tersenyum merupakan shadaqoh .... mengapa harus cemberut ?”

Mendengar uraian itu, si wajah cemberut sedikit merenung, kemudian bertanya,

”kalo tersenyum merupakan shodaqoh, gimana kalo tersenyum sinis ? tersenyum ngledek ? tersenyum menggoda ?, apalagi yang menggoda cewek ? masak itu shodaqoh ?”
”Sampeyan ya ada – ada saja ....., begini tersenyumlah yang bersumber dari kejujuran, ketulusan hati... bukan sebuah kepura – puraan, dan tipu muslihat....jadi haru dikaji sumber dan tujuan sebuah senyuman...”

”ga paham kang ?” tanya si wajah cemberut.
”tersenyumlah sebagai ungkapan rasa syukur, karena kesulitan apapun yang dihadapi sebenarnya ada hikmahnya, dan bila disyukuri selalu ada hikmah dan bisa jadi, jalan menuju kenaikan derajat.”

”Jadi, saya harus gimana menghadapi Paijo?” tanya si wajah cemberut.

”Mulailah.....dengan tersenyum.....”

Mendengar ungkapan terakhir, si wajah cemberut.... sedikit agak tersenyum...namun sebentar kemudian mulai cemberut lagi.

Selain hanya menggunakan sedikit otot, tersenyum juga dapat memberikan manfaat lebih untuk orang tersebut dan orang-orang disekitarnya seperti memberikan energi positif serta mengubah suasana hati menjadi lebih baik. Karena itu tak ada salahnya untuk selalu tersenyum.

Sumber : berbagai sumber…COM

Selasa, 04 November 2014

TSABAT DIJALAN DAKWAH



Seperti yang kita ketahui bahwa rukun bai’at ada sepuluh. Dan pesan Imam Syahid Hasan Al-Banna adalah hafalkanlah

Dimulai dari ; 
1.      Fahm. Pemahaman. Kenapa bermula dari sini ? Prioritas. Ilmu mendahului perkataan dan perbuatan. Kenapa tidak diungkapkan dengan ilmu ? Karena faham adalah tujuan dari ilmu (Yusuf Qardawi). Ilmu sesungguhnya bukan dengan banyaknya hafalan tetapi dalamnya pemahaman. Skema pemahaman dasar yang diinginkan dimiliki oleh ikhwan disebutkan dalam Ushul ‘Isyrin (Dua puluh prinsip pemahaman Islam Ikhwanul Muslimun). Faham adalah prinsip pengetahuan.
2.      Ikhlas. Prinsip motivasi. Motivasi internal yang memberi energi untuk selalu bekerja.
3.      Amal. Buah dari fahm dan ikhlas. Tertib amal dari memperbaiki pribadi sampai dengan menjadi guru peradaban. Tertib amal ini terbagi menjadi amal individu (fardi) dan amal kolektif (kolektif). Dalam rukun ini tertib amal yang disebutkan merupakan refleksi cita-cita besar Ikhwan. Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari.
4.      Jihad. Semangat keunggulan. Amal yang dilakukan tidak cukup dilakukan sekedarnya, tetapi perlu dikerjakan hingga memenuhi kualitas jihad.
5.      Tadhhiyah. Mencapai keunggulan perlu pengorbanan. Spirit untuk selalu memberi. Ruhul badzl. Tidak ada jihad tanpa pengorbanan.
6.   Taat. Semangat yang menggebu, pengorbanan yang banyak tidak boleh salah arah. Karena kerja dilakukan secara kolektif, dalam organisasi, ada kerangka strategi yang perlu diperhatikan. Taat adalah mentaati strategi yang telah ditetapkan.
7.      Tsabat ( KETEGUHAN ) Determinasi diri. Istiqamah. Sabar. Terus bekerja, meski waktu demikian lama. Waktu adalah bagian dari solusi.
8.      Tajarrud. Totalitas. Loyalitas terhadap ideologi. Shibghah, mencelupkan diri aqidah secara total.
9.      Ukhuwah. Spirit cinta. Hati dan ruh yang berpadu dengan Ikatan aqidah. Dimulai dari lapang dada (salamatus shodr) hingga mengutamakan orang lain (itsar).
10.  Tsiqah. Tenangnya hati terhadap kompetensi dan kejujuran pemimpin. Peran pemimpin sebagai orang tua dalam ikatan hati, guru dalam memberi ilmu, syaikh dalam pendidikan ruhani dan komandan dalam menentukan kebjakan dakwah.



Tsabat merupaka Rukun Bai’at yang ke-7 dan yang dibahas dalam kajian ini.



Syed Qutb menyebutkan dalam tafsir Fi Zilalil Qur’an : “Teguh dan konsisten dalam jalan dakwah merupakan salah satu kesan dari iman. Iman bukanlah sekadar kata-kata yang diucapkan, melainkan kewajiban dan tanggungjawab serta jihad yang memerlukan kesabaran dan kekuatan”.

Pernah mendengar bukan dengan satu kalimat ini : Semakin tinggi pohon, maka akan semakin besar pula terpaan anginnya. Jadi, tidak mungkin seorang rijalud dakwah mengatakan kami percaya pada islam dan dakwah tanpa berhadapan terlebih dahulu dengan ujian, serta berhasil lulus melalui ujian tersebut.

Ibnu Qayyim Al Jaziyyah berkata : "Tidak ada yang lebih sulit di dunia melainkan 'tsabat' (keteguhan), baik dalam meninggalkan yang dicintai atau mengatasi kesulitan, terutama dalam rentung waktu yang panjang dan di saat munculnya putus asa di kalangan rijalud dakwah. Kesemua itu memerlukan bekalan yang cukup untuk tabah menempuh jalan yang panjang. Bekalan itu adalah 'tsabat' (keteguhan) di atas hukum Allah, takdir dan ujianNya sehingga rijalud dakwah mesti membekalkan diri dengan 'tsabat' dan menempuh jalan dengan tegar di saat-saat kesulitan."

Tsabat itu merupakan keteguhan seorang aktivis dakwah yang senantiasa bekerja di jalan yang mengantarkan pada tujuan, betapapun jauh jangkauannya dan lama waktunya, sehingga bertemu dengan Allah dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan salah satu dari dua kebaikan. Meraih kemenangan atau syahid di jalan-Nya. (Hasan Al-Banna)

Bagi seorang aktivis waktu merupakan bagian dari solusi, sedangkan jalan yang akan ditempuh itu lama masanya, panjang tahapannya, dan banyak tantangannya. Namun dialah satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan dengan janji dan imbalan yang besar dan pahala yang indah. Namun ketika seseorang tidak profesional dalam dakwah, maka ia hanya akan merasakan futur, kejenuhan, kebosanan, dll. Maka dari itu setiap perjuangan harus ada amal, karena ketika ada seseorang yang berada dalam jalan dakwah bukan karena keinginan dirinya untuk berjuanga dan beramal maka orang itu hanya akan memberatkan teman dakwah lainnya.

Menyambung perkataan diatas ketika menyampaikan materi,  bahwa memang manusiawi ketika iman kita itu naik-turun, asalkan iman kita itu tidak keluar-masuk, jika hal itu terjadi maka akan sangat bahaya. Tak masalah ketiduran dijalan dakwah, karena mungkin aktivitas kita yang terlalu lelah hingga akhirnya membuat kita memejamkan mata tanpa terasa, yang terpenting adalah tidak berjatuhan dijalan dakwah.

Setelah membahas apa itu tsabat, selintas  tips and tric agar selalu tsabat di jalan Allah :

1. Do’a
2. Mengkaji Al-Qur’an
3. Memperkuat hubungan kita dengan Allah
4. Bersahabat dan berkawan dengan orang shaleh
5. Tarbiyah dengan benar
- Imaniah
- Syakofiyah
- Amaliah
6. Meneladani orang-orang yang teguh
7. Membaca banyak sejarah-sejarah
8. Percaya kepada pertolongan Allah SWT
9. Komitmen
- Berusaha untuk senantiasa beramal shaleh dengan rutin
- Selalu ada dorongan untuk beramal kebaikan
- Menjauhi istilah futur
- Pengonatan jiwa dan raga
- Senantiasa khawatir takut tersungkur dan su’ul khotimah.

Diatas merupakan beberapa cara agar selalu tegar dijalan Allah, semoga semua itu bisa diamalkan dengan baik oleh para aktivis. Aamiin